habajuragan| Mata Nuriah (75) berkaca-kaca ketika mengusap debu di foto anaknya. Rindu
itu pun semakin membuncah ketika ia memeluk bingkai foto sederhana tersebut.
Nuriah merupakan ibu kandung dari Ishak Daud. Di seantero Aceh, dahulu nama
Ishak Daud begitu dikenal. Bagaimana tidak, soalnya Ishak Daud adalah panglima
tertinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Ya, kelompok yang disebut-sebut berpasukan senjata lengkap dan dianggap
hendak mendirikan negara baru itu memang dipimpin anaknya. Ishak Daud lah yang
menjadi panglima tertinggi GAM untuk wilayah Peureulak dan Tamiang Aceh.
Cerita Nuriah, Ishak Daud dilahirkan pada 12 Januari 1960. Ia tewas di
Peureulak Aceh pada 5 September 2004 di umur yang ke-44 tahun. Lantaran
disergap oleh TNI.
"Mungkin kini tidak ada yang mengingat lagi Ishak Daud," kata
Nuriah sembari memeluk foto anaknya, Rabu 20 April 2016.
Nuriah mengaku, sepuluh tahun usai perdamaian konflik GAM dan pemerintah,
secara politik GAM sudah diakui pemerintah lewat penunjukan kepala daerah dari
GAM.
Namun, ternyata itu tidak memberikan apresiasi apa pun kepada mereka yang
dahulu pernah menjadi keluarga GAM. Fakta itu dirasakan betul oleh Nuriah. Dua
periode gubernur yang sejatinya merupakan pentolan GAM rupanya melupakan perjuangan
para mantan GAM.
"Saya merasa perjuangan anak saya sia-sia. Orang-orang sudah lupa
bagaimana anak saya berjuang," kata Nuriah.
Kini, Nuriah hidup di rumah sederhana hasil bantuan bencana korban tsunami.
Ia hidup menjanda setelah ditinggal mati suaminya.
"Kini kami cuma bisa berziarah di makam almarhum. Sepuluh tahun
perdamaian Aceh, tidak memberi kabar baik untuk keluarga kami," tutur
Nurjanah, adik kandung dari Cut Rostina, istri Daud Ishak.
Ya, nama Ishak Daud tenggelam tanpa bekas. Nama besar panglima tertinggi GAM
yang meninggalkan seorang anak laki-laki dan perempuan ini, meredup seiring
waktu.
Cerita ketangguhan Ishak Daud akhirnya jadi kenangan pahit bagi keluarga.
Nasib yang dulu diperjuangkan hingga berdarah, tetap tak menemukan akhirnya.
No comments:
Post a Comment